Selasa, 02 Mei 2017

materi bblr

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)


A.    Pengertian
Bayi dengan berat lahir rendah disebabkan oleh masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai masa kehamilan dihitung dari HPHT yang teratur dan bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (KMK) serta keduanya. (Wiknjosastro, 2005)
Berat Badan Lahir Rendah merupakan istilah untuk mengganti bayi prematur karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram, yaitu karena umur hamil kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya sekalipun cukup bulan atau karena kombinasi keduanya (Manuaba, 2010).
Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (Saifuddin, 2009).

B.     Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (Mitayani, 2009).
1.      Faktor ibu
a.       Gizi saat hamil yang kurang
b.      Umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun
c.       Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
d.      Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
e.       Faktor pekerja yang terlalu berat
2.      Faktor kehamilan
a.       Hamil dengan hidramnion
b.      Hamil ganda
c.       Perdarahan antepartum
d.      Komplikasi hamil : pre-eklamsia atau eklampsia, ketuban pecah dini.
3.      Faktor Janin
a.       Cacat bawaan
b.      Infeksi dalam rahim
4.      Faktor yang masih belum diketahui

C.    Diagnosis dan Gejala Klinik
1.      Sebelum bayi lahir
a.       Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan lahir mati
b.      Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
c.       Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
d.      Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya
e.       Sering dijumpai kehamilan dengan oligihidramnion atau bisa pula dengan hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia gravidarum, atau perdarahan antepartum.
2.      Setelah bayi lahir
a.       Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda -tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks caseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat. Abdomen cekung atau rata, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan.
b.      Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu Verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka, abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus otot hipotoni, dan kulit tipis merah dan transparan.
c.       Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin.
d.      Bayi berat badan lahir rendah kurang sempurna alat-alat dalam tubuhnya karena itu sangat peka terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi, dan sebagainya. Pada bayi kecil untuk masa kehamilan (small for date) alat – alat dalam tubuh lebih berkembang dibandingkan dengan bayi prematur, karena itu akan lebih mudah hidup di luar rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandingkan bayi matur dengan berat badan normal (Mochtar, 2005).

D.    Klasifikasi
Bayi BBLR dapat diklasifikasikan berdasarkan umur kehamilan dan berat badan lahir rendah, yaitu :
1.      Menurut Wiknjosastro (2005), WHO (1979) membagi umur kehamilan dalam 3 kelompok, yaitu :
a.         Pre-term   :kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 hari).
b.         Term         :mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap (259 - 293 hari)
c.         Post-term  :42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih)
2.      Menurut Saifuddin (2009), diklasifikasikan berdasarkan berat badan waktu lahir, yaitu :
a.       Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi lahir dengan berat 1.500-2.500 gram
b.      Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi lahir dengan berat <1.500 gram
c.       Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan berat <1.000 gram
3.      Menurut Ayurai (2009), bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi dua golongan :
a.       Pramunitas murni
Prematuritas murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan atau disebut juga neonatus preterm / BBLR / SMK (sesuai masa kehamilan).
b.      Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, di karenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan.

E.     Karakteristik BBLR
Gambaran bayi berat badan lahir rendah tergantung dari umur kehamilan sehingga dapat dikatakan bahwa makin kecil bayi, makin muda kehamilan. Sebagai gambaran umum dapat dikemukakan bahwa bayi berat badan lahir rendah mempunyai karakteristik antara lain :
1.      Berat badan kurang dari 2500 gram
2.      Panjang badan kurang dari 45 cm
3.      Lingkar dada kurang dari 30 cm
4.      Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5.      Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6.      Kepala relative besar dari badannya
7.      Kulit tipis transparan, lanugo banyak, lemak kulit kurang
8.      Otot hipotonik-lemah
9.      Pernafasan tidak teratur dan sering apnoe (gagal nafas)
10.  Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki lurus
11.  Kepala tidak mampu tegak
12.  Nafas sekitar 45 sampai 50 kali per menit
13.  Frekuensi nadi 100 sampai 140 kali per menit (Manuaba, 2010)

F.     Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% - 38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7 % (Setiowaty, 2004).

G.    Penatalaksanaan
1.      Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :  Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atauPer oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).
2.      Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah.Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting.



ASI merupakan pilihan utama : (Suradi R., 2006)
a.       Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
b.      Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
c.       Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut :
1)      Berat lahir 1750 – 2500 gram
a)      Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu. Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
b)      Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat. Apabila bayi memerlukan cairan intravena: Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertamaMulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu. Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung : Berikan cairan IV dan ASI menurut umur, berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
2)      Berat lahir 1500-1749 gram
a)      Bayi Sehat
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu). Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
b)      Bayi Sakit
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama. Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan. Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.  Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.



3)      Berat lahir 1250-1499 gram
a)      Bayi Sehat
Beri ASI peras melalui pipa lambung. Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam. Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
b)      Bayi Sakit
 Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama. Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan. Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kg BB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan  ASI setiap kali minumLanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

H.     Prognosis Bayi dengan BBLR
          Prognosis bayi dengan berat  badan lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/ makin rendah berat badan bayi makin tinggi angka kematian), asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pernafasan, perdarahan intra ventrikuler, displasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia, infeksi, gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Prognosis ini juga tergantung keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan, dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernafasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia) (Wijnkosastro, 2005).


I.       Pencegahan BBLR
     Menurut Israr (2008), pada kasus berat lahir rendah (BBLR) pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1.      Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun waktu kekamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga beresiko, terutama faktor resiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2.      Memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu hamil untuk merawat dan memeriksakan kehamilan dengan baik dan teratur dan mengkonsumsi makanan yang bergizi sehingga dapat menanggulangi masalah ibu hamil resiko tinggi sedini mungkin untuk menurunkan resiko lahirnya bayi berat badan lahir rendah.
3.      Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun reproduksi sehat ( 20-34 tahun ).
4.      Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

J. Faktor-Faktor Ibu yang Mempengaruhi BBLR
1.         Umur Ibu
Menurut William (2006) usia kehamilan yang paling aman untuk masa kehamilan dan persalinan adalah 20 – 35 tahun. Usia kurang dari 20 tahun tidak menjamin remaja mencapai kondisi sehat secara fisik, mental dan sosial untuk proses reproduksi, sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun telah terjadi penurunan fungsi organ dan sistem tubuh lainnya antara lain sistem otot, saraf, kardiovaskuler, endokrin dan reproduksi. Penyulit pada kehamilan remaja, lebih tinggi bila dibandingkan kurun waktu reproduksi yang sehat antara umur 20 – 30 tahun. Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin.
Angka kejadian BBLR tertinggi ialah pada usia < 20 tahun dan pada multigravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Sedangkan kejadian terendah  terjadi pada usia 20-35 tahun, sedangkan pada wanita yang lebih tua mulai menunjukkan proses penuaannya, sehingga ibu yang berusia di atas 35 tahun memiliki resiko melahirkan BBLR lebih tinggi (Lesmiayani, 2002:23). Menurut hasil penelitian Reny Nurutami,(2006) dimana pada penelitian Reny ditemukan bahwa kehamilan pada usia 20-35 tahun memiliki resiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah sebanyak 89,04%. Hal ini juga didukung oleh penelitian Nanik Andayani, (2006) yang ditemukan bahwa kehamilan pada usia 20-35 tahun memiliki resiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah sebanyak 80,88%.
Menurut pendapat peneliti bahwa faktor yang menyebabkan terjadi persalinan premature pada usia 20 – 35 tahun adalah antara lain status sosial ekonomi yang rendah, perilaku ibu hamil dalam mengkonsumsi Fe, kurangnya pengetahuan tentang asupan gizi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah.
2.      Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir maupun lahir mati. Ibu yang melaksanakan persalinan dengan paritas rendah minimal 3 anak menunjukkan bahwa ibu telah menerapkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera sebagai salah satu bentuk program pembangunan kesehatan dalam rangka peningkatan kesejahteraaan masyarakat.
Menurut Manuaba (2001) resiko terjadinya BBLR tinggi pada paritas 1 kemudian menurun pada paritas 2 dan 3. selanjutnya kembali meningkat pada paritas 4. Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin mengalami :
a.         Kontraksi yang lemah pada saat persalinan
b.         Perdarahan setelah persalinan (karena otot rahim lemah)
c.         Persalinan yang cepat, yang bisa menyebabkan meningkatnya resiko perdarahan vagina yang berat
d.        Plasenta previa (plasenta letak rendah)
Sedangkan pembagian paritas itu sendiri adalah :
a.         Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali
b.         Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali
c.         Grande multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm lebih dari lima kali
Mempunyai anak lebih dari 4 orang juga akan menambah resiko terhadap ibu dan bayinya, lebih-lebih jarak antara kehamilan kurang dari dua tahun, maka ibu akan lemah akibat dari seringnya hamil, melahirkan,menyusui dan merawat anak-anaknya. Sehingga sering mengakibatkan berbagai masalah. Resiko melahirkan bayi cacat dan BBLR juga meningkat setelah empat kali kehamilan dan setelah usia ibu 35 tahun (Manuaba, 2010).
3.      Pendidikan
Pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan ibu, pendidikan masyarakat melalui media yang ada tentang bahaya dan kerugian kelahiran preterm atau berat lahir rendah. Masyarakat diharapkan untuk menghindari faktor resiko diantaranya adalah dengan menjarangkan kelahiran menjadi lebih dari 3 tahun, menunda usia hamil sampai 22-23 tahun dan sebagainya (Prawihardjo, 2006).
Berdasarkan tingkat pendidikan ibu dapat dijelaskan bahwa terdapat kecenderungan terhadap kematian bayi yang jumlahnya lebih banyak pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah (SD) hingga tidak sekolah (Hartono dkk, 2006).
Pendidikan banyak menentukan sikap dan tindakan dalam menghadapi berbagai masalah misalnya membutuhkan vaksinasi untuk anaknya, memberi oralit waktu menceret misalnya kesedian menjadi peserta keluarga, termasuk pengaturan makanan bagi ibu hamil untuk mencegah timbulnya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) bahwa ibu mempunyai peranan yang cukup penting dalam kesehatan dan pertumbuhan, akan dapat ditunjukan oleh kenyataan berikut, anak- anak dan ibu mempunyai latar belakang. Pendidikan lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup serta tumbuh kembang yang baik (Rahayu, 2008).
4.      Status Ekonomi
Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun skunder (Soetjiningsih, 2004).
Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok (Kartono, 2006).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar